Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2017

Kargozari (Laporan) Dakwah dari Cirebon, Jawa-barat

Gambar
Di Cirebon ada seorang Ulama namanya KH Zamhuri, beliau pengasuh Pondok Pesantren Dar El Istiqomah, disamping ngasih ta’lim untuk santri2nya beliau juga membuka ta’lim ngaji pasaran tiap hr minggu jam 2 siang, tempat di Masjid Pondoknya, mustami’nya 95% para Ustad, hanya beberapa orang yg bukan Ustad, jumlah mustami’nya berkisar 150 an orang, Kitab yg dikaji kitab Ihya Ulumuddin, karya Al Imam Al Ghozali Rahmatullah alaih, tiap mustami’ masing-masing pegang kitab, Pada suatu hari minggu sebelum mulai ngaji kitab Ihya, setelah muqoddimah, dihadapan mustami’nya beliau berkata: “kita ini tiap minggu selalu ngaji kitab Ihya & sdh berkali2 khatam, tapi kita ini belum bisa atau berat sekali untuk mengamalkan kitab Ihya, tapi sebaliknya orang2 jaulah/jemaah tabligh itu mereka tidak tahu kitabnya tapi sudah bisa mengamalkan isi kitab Ihya, ibarat orang baca Al Qur’an mereka tdk tahu tajwidnya, idhar, ikhfa, idghom, tp setelah saya dengarkan kok baca’an Al Qur’annya benar,” setelah

Kisah Tauladan Nabi Muhammad SAW dengan Pengemis buta Jahudi

Gambar
KISAH TELADAN DARI NABI MUHAMMAD YANG BANYAK MEMBUAT ORANG MENANGIS Di sudut pasar kota Madinah ada seorang pengemis yahudi buta yang selalu berkata kepada orang-orang, “Jangan dekati Muhammad! Jauhi dia! Jauhi dia! Dia orang gila. Dia itu penyihir. Jika kalian mendekatinya maka kalian akan terpengaruh olehnya.” Tak ada seorang pun yang lewat melainkan telah mendengarkan ocehannya tersebut. Begitu pula pada seseorang yang selalu menemuinya setiap hari di sana, memberinya makanan, hingga menyuapinya. Pengemis buta itu selalu menghina dan merendahkan Muhammad, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, di hadapan orang yang menyuapinya itu. Tapi orang itu hanya diam, terus menyuapi pengemis buta itu hingga makanannya habis. Hingga akhirnya beberapa saat kemudian Rasulullah wafat. Kesedihan menaungi hati para sahabatnya. Suasana duka pun berlangsung amat lama bagi mereka. Seseorang yang begitu mereka cintai, mereka segani, dan begitu mereka taati telah pergi dari sisi mereka. Hari

Seponggol Bayan dari KH. Abdul Halim ttg Dakwah Tabligh

Gambar
Tahun 1994 saya pertama kali ke masjid Banglawali Nizamuddin mendengarkan bayan sambil sesekali memijit pundak seorang Indonesia. Saya tanya dari mana Pak? siapa namanya Pak? Beliau menjawab saya dari Jawa Timur, nama saya Uzhoiron. Belakangan baru saya tahu beliau seorang kiyai. Tahun 1996 beliau diangkat jadi syuro Indonesia dalam musyawarah di Pakistan. Tahun 1994 itu masjid belum sebesar sekarang ini. Masjid masih satu lantai (sejak beberapa tahun yang lalu direnovasi jadi 5 lantai dan sudah diperluas ke semua sisi). Usaha dakwah tabligh sudah dimulai oleh Maulana Ismail, ayah dari Maulana Ilyas sejak 1915. Setelah ayahnya meninggal tahun 1924 Maulana Ilyas menjalankan dengan sungguh-sungguh. Ketika itu Maulana Ilyas mewarisi 4000 ha tanah dan 260 madrasah atau ponpes di Mewat, 80 km dari Nizamuddin. Setiap hari orang-orang Mewat melewati masjid Banglawali untuk pergi dan pulang bekerja ke New Delhi. Mereka beragama Islam tapi tak kenal lagi dengan amal agama. Maka mereka dis