PENJELASAN INDAH MENGENAI MENGGENGGAM BARA API

Dalam satu hadits, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

يَأْتِي عَلَى النَّاسِ زَمَانٌ القَابِضُ عَلَى دِيْنِهِ كَالْقَابِضِ عَلَى الْجَمْر

“Akan datang kepada manusia suatu zaman, orang yang berpegang teguh pada agamanya seperti orang yang menggenggam bara api.”[1]
'PENJELASAN INDAH MENGENAI  MENGGENGGAM BARA API
Beratnya menggenggam bara api

Mengapa “bara api”? Karena bara api jika digenggam tentu akan menyakitkan ketika digenggam. Sebagaimana penjelasan syaikh Abdul Aziz bin Baz rahimahullah,

كأنه قابض على الجمر من شدة ما يصيبه من الآلام والشدائد في ذلك، وقت الفتن وقت الأذى من الأعداء

“Sebagaimana penggenggam bara api, akan menimpanya sakit yang sangat, ketika terjadi fitnah (ujian) dari musuh-musuh”[2]

Dan ini tentu membutuhkan kesabaran yang sangat.

Syaikh Al-Mubarakfuri menukil perkataan Al-Qari,

لا يمكن القبض على الجمرة إلا بصبر شديد وتحمل غلبة المشقة كذلك في ذلك الزمان لا يتصور حفظ دينه ونور إيمانه إلا بصبر عظيم

“Tidak mungkin menggenggam bara api kecuali dengan kesabaran yang sangat dan menanggung kesusahan yang sangat. Ini bisa terjadi pada zaman yang tidak bisa terbayangkan lagi bagaimana bisa menjaga agama kecuali dengan kesabararan yang besar.”[3]

Jangan setengah-setengah dalam beragam

Yang namanya “bara api” baru bisa digenggam jika digenggam dengan erat dan langsung, maka bara api akan padam dan ia bisa menggenggam bara api tersebut. Jika disentuh pelan-pelan, maka api tidak akan padam dan bara tidak akan tergenggam. Begitu juga dengan agama. Kalau kita setengah-setengah dalam beragama, maka agama tidak akan bisa kita genggam dengan erat. Dan jika kita mendekat dan menyentuhnya maka akan terasa panas dan kitapun enggan untuk mendekat.

Misalnya:

-ada wanita yang berjilbab modis “atas mekkah bawa amerikah”. Dia akan susah diperintahkan berjilbab besar yang menutup aurat, karena dia akan berpikir mungkin nanti tidak modis lagi,tidak laku, tidak cantik dan tampak kampungan. Maka ketika ia akan mendekat ke agama, akan terasa “panas” karena ia menyentuh bara api setengah-setengah. Berbeda dengan wanita yang langsung berjilbab besar dan memperbaiki agama dan hapalannya. Ternyata belum beberapa lama ia berjilbab besar, sudah banyak yang “ngantri” ingin melamar karena tertarik dengan akhlak dan agamanya.

-laki-laki yang hobi bermain dan manik musik, ia akan berat jika diperintahkan meninggalkan musik untuk beralih ke Al-Quran. Bagaimana bisa ia tinggalkan, itu hobi dan seni dan sudah menyatu dengan jiwanya. Akan tetapi ada yang berusaha total meninggalkannya, maka ia dapat “mengenggam” dan menggantikan dengan Al-Quran yang ternyata juga banyak macam qiraah, jenis bacaan dan berbagai jenis “murattal” dari para imam yang sangat merdu didengar dan menyejukkan hati.

Oleh karena kita diperintahkan agar jangan setengah-setengah beragama akan tetapi masuk ke dalam agama Islam secara sempurna.

Allah Ta’ala berfirman,

يَأَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا ادْخُلُوْا فِي الْسِّلْمِ

“Wahai orang-orang yang beriman, masuklah ke dalam Islam secara keseluruhan.” (Al-Baqarah: 208)

Beratnya ujian beragama di zaman yang sulit

Para ulama juga menjelaskan hadits ini, kelak akan datang zaman banyak kerusakan dan sudah merajalela. Kemaksiatan dianggap biasa.

Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di menjelaskan hadits,

أنه في آخر الزمان يقل الخير وأسبابه، ويكثر الشر وأسبابه، وأنه عند ذلك يكون المتمسك بالدين من الناس أقل القليل. وهذا القليل في حالة شدة ومشقة عظيمة، كحالة القابض على الجمر، من قوة المعارضين، وكثرة الفتن المضلة، فتن الشبهات والشكوك والإلحاد، وفتن الشهوات وانصراف الخلق إلى الدنيا وانهماكهم فيها، ظاهراً وباطناً،

“Pada akhir zaman akan sedikit kebaikan dan sebab-sebabnya, merajalela keburukan dan sebab-sebabnya dan pada saat itu orang yang berpegang teguh dengan agama sangat sedikit jumlahnya. Yang sedikit ini berada dalam keadaan kesusahan (karena banyaknya fitnah) sebagaimana orang yang mengenggam bara api karena banyak yang menentang dan banyak fitnah yang menyesatkan, fitnah syubhat, keraguan, berpaling dari kebenaran, fitnah syahwat dan condongnya makhluk kepada dunia dan tenggelam dengan kemilau dunia baik dzahir dan batin.”[4]

REFERENSI :

[1] HR.Tirmidzi. Dishahihkan Al-Albani dalam Shahihul Jami’ no.8002

[2] http://www.binbaz.org.sa/mat/18354

[3] Tuhfatul Ahwadzi 6/445, Darul Kutub Ilmiyyah, Beirut, syamilah

[4] Bahjah Qulubil Abrar hal. 259, Dar Kutub Al-‘Ilmiyah, Beirut, cet. I, 1423 H

Demikian semoga bermanfaat

Komentar

Postingan populer dari blog ini